RESUME JURNAL
PENGARUH SUPLEMENTASI ENERGI DAN UNDEGRADED
PROTEIN TERHADAP PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESIAN
HOLSTEIN
Teknologi
Informasi dan Komunikasi
Disusun
oleh :
Yedy
Alfian M
23010113130177
D/
Peternakan
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2013
ABSTRAK
Dua puluh ekor
sapi perah berproduksi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 10 ekor sebagai kontrol
dan 10 ekor sebagai perlakuan berdasarkan pertimbangan produksi susu, berat
badan, umur dan laktasi. Kelompok perlakuan diberi tambahan jagung giling
sebesar 20 g dan bungkil kedelai terproteksi sebesar 25 g/ekor/liter produksi
susu. Sedangkan kelompok kontrol tidak diberi jagung giling dan bungkil kedelai
terproteksi. Penelitian ini dilakukan selama 12 minggu meliputi 2 minggu masa
adaptasi dan 10 minggu masa koleksi data (masa pengamatan). Variabel yang
diamati meliputi konsumsi bahan kering (BK), bahan organik (BO), protein kasar
(PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK), net energi lactation (NEL), produksi
susu, kadar lemak dan kadar protein susu. Data yang diperoleh diuji dengan
analisis independent sample T-Test. Hasil penelitian menujukkan bahwa
suplementasi energi dan protein meningkatkan konsumsi nutrien BK, BO, LK, SK,
PK, NEL, produksi susu, kadar lemak dan kadar protein susu dibandingkan dengan
kelompok kontrol, masing-masing sebagai berikut BK (18,31 vs 17,77
kg/ekor/hari), BO (15,06 vs 14,55 kg/ekor/hari), PK (1,80 vs 1,74 g/ekor/hari),
LK (1,26 vs 1,25 kg/ekor/hari), SK (3,89 vs 3,86 kg/ekor/hari), NEL (23,66 vs
22,52 Mcal/ekor/hari), produksi susu (16,61 vs 15,42 kg/ekor/hari),
Suplementasi energi dan RUDP dapat meningkatkan intake nutrien dan juga dapat
meningkatkan produksi susu yang dihasilkan.
Kata-kata
kunci: Sapi Friesian Holstein, Undegraded Protein,
Produksi susu, Konsumsi Nutrien.
PENDAHULUAN
Salah
satu faktor penyebab rendahnya produktifitas ternak perah di Indonesia adalah
pemberian pakan yang kurang baik kualitas dan kuantitasnya. Kekurangan nutrien
pada sapi perah sering terjadi pada masa awal laktasi, hal ini disebabkan oleh
kemampuan ternak untuk mengkonsumsi pakan rendah juga produksi susu yang
relatif tinggi sehingga terjadi mobilisasi cadangan lemak tubuh secara
berlebihan. Rumen undegraded protein (RUDP) adalah protein asal pakan yang
tidak terdegradasi di dalam rumen dan dapat langsung mengalami proses
pencernaan enzimatik di dalam abomasum maupun di intestinum. Proteksi protein
agar tidak terdegradasi di dalam rumen dapat dilakukan dengan cara kimia/fisik,
misalnya dengan perlakuan formaldehyade, tannin atau dengan pemanasan
(Widyobroto et al., 193). Berdasarkan latar belakang di atas perlu diteliti
suplementasi energi dan protein yang rendah terdegradasi dalam rumen secara
bersamaan terhadap produksi susu.
a.
Pakan Sapi Perah
Pakan
adalah bahan yang dapat dimakan dan dicerna oleh seekor ternak yang mampu
menyajikan nutrien yang penting untuk perawatan tubuh. Pakan sapi perah dapat
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu hijuan dan konsentrat (Setiadi, 2000).
b.
Hijauan
Pakan
hijuan adalah pakan dalam bentuk dedaunan, kadang-kadang masih bercampur dengan
batang, ranting serta bunga. Hijauan merupakan sumber pakan serat yang penting
pada sapi perah agar proses pencernaan berlangsung normal, tapi pemberian
hijauan yang berlebih akan mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan zat-zat
makanan untuk produksi susu yang tinggi (Stensig dan Robinson, 1997).
c.
Konsentrat
Konsentrat
merupakan pakan tambahan yang diberikan dalam pakan sapi perah. Fungsi utama
konsentrat adalah untuk mencukupi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak dan
mineral yang tidak dapat dipenuhi oleh hijauan (Sulisriyanti, 2000). Konsentrat
dibagi menjadi dua yaitu konsentrat sumber energi dan sumber protein.
Konsentrat sumber energi merupakan pakan yang berenergi tinggi dan berserat
rendah dibawah 18% serta mengandung protein kurang dari 20%, sedangkan
konsentrat sumber protein bila kandungan protein kasarnya lebih dari 20 %
(Eustice, 1988).
d.
Jagung Sebagai Sumber Energi Untuk Sapi
Perah
Jagung
merupakan bahan pakan sumber energi bagi sapi perah karena dapat meningkatkan
produksi dan kualitas susu yang dihasilkan. Jagung lambat terdegradasi dalam
rumen, karena adanya matrik protein yang menghambat aktivitas bakteri dalam
granula pati (Mc Allisre et al., 1993).
e.
Rumen Degraded Protein (RDP)
Rumen degraded
protein diartikan sebagai protein asal pakan yang terdegradasi di dalam rumen
yang akan di pecah menjadi peptida oleh enzim protease, selanjutnya dipecah
menjadi asam amino kemudian di deaminasi (Bondi, 1987; Mc Donald et al., 1989).
Amonia yang terbentuk dapat digunakan untuk sintesa protein mikroba, diserap di
dinding rumen, masuk kedalam darah menuju ke hati yang selanjutnya diubah
menjadi urea (Perry, 1984). Klusmeyer et al (1991) menyatakan bahwa, sintesa
protein mikroba sangat dipengaruhi oleh ketersediaan prekursor N dan
ketersediaan energi hasil fermentasi. Owen dan Zinn (1988) menyatakan bahwa
protein yang cepat terdegradasi di dalam rumen akan mengalami hidrolisis yang
lebih cepat dibanding yang terlambat terdegradasi di dalam rumen. Cepat
lambatnya laju degradasi tergantung dari asal protein yang menunjukan
karakteristik fisiko-hemis, aktivitas mikroba rumen (Widyobroto et al., 1995).
f.
Rumen undegraded protein (RUDP)
Rumen undegraded
protein dapat diartikan sebagai protein asal pakan yang tidak terdegradasi di
dalam rumen, akibatnya dapat langsung mengalami proses pencernaan enzimatis di
dalam abomasum dan intestinum. RUDP dapat terjadi secara alami yang merupakan
karakteristik protein pakan atau disebabkan oleh perlakuan kimia atau fisik,
misalnya dengan perlakuan formaldehide, tanin atau dengan pemanasan (Widyobroto
et al., 1996). Suplementasi protein yang tidak terdegradasi bertujuan untuk
meningkatkan jumlah protein dan asam amino untuk dicerna dan diserap di dalam
usus halus yang akhirnya dapat meningkatkan sintesis protein susu (Henson et
al., 1997). Pakan berkualitas baik seperti pakan sumber protein yang mempunyai
kandungan asam amino lengkap sebaiknya tidak dimanfaatkan oleh mikroba rumen
tetapi dimanfaatkan langsung oleh ternak inangnya didalam intestinum. Perlakuan
formaldehide pada bungkil kerdelai dapat meningkatkan fraksi protein tidak
terdegrasadsi (undegraded protein) 50 – 80% dan tidak menurunkan kecernaanya di
intestinum (Widyobroto et al., 1996).
g.
Suplementasi Energi & Protein
Energi adalah
faktor utama yang membatasi produksi susu. Untuk meningkatkan konsumsi energi
maka perlu dilakukan suplementasi energi pada ransum. Kekurangan energi pada
sapi laktasi akan mengakibatkan penurunan produksi susu dan sapi akan
kehilangan bobot badan (Harmono, 2000).
Protein yang
tidak terdegradasi didalam rumen dapat meningkatkan jumlah asam amino yang
sampai di usus halus. Selain itu lama tinggal pakan didalam rumen juga
mempengaruhi degradasi protein dan konsumsi bahan kering (Agus, 1997). Asam
amino dapat berasal dari protein pakan yang tidak terdegradasi, ini sangat
bervariasi menurut asal dan jenis pakan, umur pemotongan, perlakuan kimia atau
fisika serta aktivitas mikroba rumen yang tergantung dari substrat dalam lama
tinggal pakan dalam rumen (Widyobroto, 1992).
METODELOGI
Penelitian
dilaksanakan di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) sapi perah Baturaden
Purwekerto Jawa Tengah. Dengan menggunakan 20 ekor sapi perah yang dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu 10 ekor pada kelompok kontrol dan 10 ekor pada
kelompok perlakuan. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi
perah Friestan Holstein yang sedang laktasi (2-6 minggu) dengan berat awal
rata-rata 464 - 476 kg. Pakan hijauan berupa rumput gajah sebesar 47,50 kg
gliriside sebesar 2,50 kg dan konsentrat sebesar 8,5 kg dengan penambahan
jagung giling sebagai sumber energi sebanyak 20 gr/ekor/liter. Produksi susu
yang dihasilkan diukur setiap hari, dengan menjumlahkan produksi susu pagi dan
produksi sore hari. Uji kualitas susu meliputi uji kadar lemak dan kadar
protein susu dilakukan satu bulan sekali dengan mengambil sampel susu pagi dan
sore hari. Variabel yang diamati konsumsi nutrien, produksi dan kualitas susu.
Data yang dihasilkan dianalisis dengan uji independent sampel T-test.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Selama penelitian
berlangsung 3 ekor sapi dikeluarkan dari penelitian karena sakit yaitu satu
ekor pada kelompok perlakukan dan dua ekor pada kelompok kontrol sehingga
jumlah ternak yang digunakan sebagai materi penelitian berjumlah 17 ekor,
terdiri dari 9 ekor perlakukan dan 8 ekor sebagai kontrol.
Rata-rata
konsumsi nutrien sapi perah yang diberi tambahan jagung giling dan undegraded
protein selama penelitian tercantum pada tabel di bawah.
Variabel
|
Kontrol
|
Perlakuan
|
sig
|
BK
(kg/ekor/hari)
|
17,77
|
18,31
|
**
|
BO
(kg/ekor/hari)
|
14,55
|
15,06
|
**
|
PK
(g/ekor/hari)
|
1,74
|
1,89
|
**
|
LK
(kg/ekor/hari)
|
1,25
|
1,26
|
**
|
SK
(kg/ekor/hari)
|
3,86
|
3,89
|
*
|
NEL
(Mcal/ekor/hari)
|
22,25
|
23,66
|
**
|
**
: berbeda sangat nyata (P<0,01)
*
: berbeda nyata (P<0,05)
Rata-rata
produksi susu sapi perah yang diberi tambahan jagung giling dan undegraded
protein selama penelitian tercantum pada tabel di bawah :
Variabel
|
Kontrol
|
Perlakuan
|
sig
|
Produksi
susu (kg/ekor/hari)
|
15,42
|
16,61
|
ns
|
Produksi
susu 4 % FCM
|
12,18
|
13,37
|
**
|
** : berbeda sangat nyata (P<0,01)
ns : berbeda tidak nyata (P>0,01)
Tingginya
produksi susu kelompok perlakuan disebabkan sapi kelompok perlakuan mendapat
pakan tambahan berupa karbohidrat non structural dan rumen undegraded protein
yang lambat didegradasi dalam rumen, sehingga suplai energi dan asam amino
untuk sintesis susu lebih tinggi. Sedangkan rendahnya produksi susu pada
kelompok kontrol disebabkan ransum yang diberikan belum memenuhi untuk produksi
susu, juga karena tidak mendapatkan tambahan jagung giling dan rumen
undergraded protein pada pakannya.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa supelementasi jagung giling sebagai
sumber energi dan bungkil kedelai terproteksi sebagai sumber protein pada sapi
perah produksi tinggi mampu meningkatkan produksi susu.
Agus,
A. 1997. Pengaruh Tipe Konsentrat Sumber Energi dalam Ransum Sapi Perah Berproduksi Tinggi terhadap Parameter
Metabolik Plasma Darah. Buletin peternakan edisi tambahan.
Blakley, R.F dan D. Bade.1991. Ilmu
Peternakan. Yogyakarta:
Gadjah
Mada University Press.
Bondi, A.A. 1987. Animal Nutrition.
New York: John wiely & Sons.
Eustice,
R.F. 1988. Pedoman Pengelolaan Sapi Perah. Salatiga: Nandi Amerta Agung.
Hartadi,
H., S. Reksohardiprodjo dan A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi pakan untuk
Indonesia. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Harmono,
N.D. 2000. Pengaruh Tipe UDP dan Tingkat Energi terhadap Konsumsi dan Kecernaan
Nutrien pada Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein. Yogyakarta: Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Henson,
J.E. D.J. Schingoeth, and H.A. Maiga. 1997. Lactation Evalution of Protein
Suplements of Varying Rumen Degradability. J. Dairy Sci 80: 385- 393.
Klusmeyer, T.H. G.L. Lyinch J.N. Clark and
D.R. Nelson. 1991. Effect of Calcium Salt of Fatty Acid and Prospotion of
Forage in the Diet onRuminal Fermentation and Nutrien Flow to Duodenum Of Cows.
J. Dairy Sci: 2220-2232.
Mc
Donald, P. R.A. Edward and J.F.D. Greenhalglh. 1989. Animal Nutrition. 5 th
editor. Singapore: Longman, Singapore Publ.Ltd.
Owens,
F.H. and R. Zinn. 1988. Protein Metabolisme of Ruminant Animals. In: the
Ruminant Animal Digestion, Phisiology and Nutrition. D.C. Church (Ed). Prentice
Hall, New Jersey.
Perry,
T.W. 1984. Feed propertion. In; I.A.dyer and C.C.O Mary, Lea and Fibiger,
Philadelpia.
Petit,
H. V. Dan D.M. Veira. 1991. Effecct of Grain Level and Protein Source on
Ruminal Fermentation, Degradability, and Digestion in Milking Cows Fed Silage.
J. Diary Sci. 80: 730-739.
Setiadi,
A. 2000. Konsentrasi Glukosa dan urea plasma sapi PFH yang diberi ransum UDP
berbeda. Fakultas Peternakan. Yogyakarta: Uiversitas Gadjah Mada.
Utomo,
R., B.P. Widyoboroto. dkk. 1999. Suplementasi Karbohidrat Terdegradasi Cepat
Dan Protein Terdegradasi Lambat Pada Pakan Basal Jerami Padi Terhadap Kinerja
Sapi Peternakan Ongole. Buletin Peternakan Edisi Tambahan.
Widyobroto, B.P.
1992. Pengaruh Aras Konsentrat dalam Ransum terhadap Kecernaan dan Sintesis N
Mikrobia dalam Rumen pada Sapi Perah. Buletin peternakan edissi khusus.
Fakultas Peternakan. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.